Lembaga Inggris dan Pemkab Aceh Tengah Jalin Kerjasama Terkait Penanganan Sampah

415

Takengon – Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, menyambut positif atas keinginan rencana salah satu lembaga asal Inggris yang ingin mengolah limbah sampah menjadi bernilai ekonomis di wilayah Kabupaten Aceh Tengah. Kerjasama ini diharapkan mampu mendongkrak perekonomian masyarakat dataran tinggi gayo.

“Pada intinya Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah menyambut baik dan memberi dukungan sepenuhnya akan program ‘Ministry of Waste’ yang ingin mengolah limbah sampah di wilayah kabupaten Aceh Tengah,” ucap Bupati Aceh Tengah, Drs. Shabela Abubakar, Senin siang (2/3) di ruang kerjanya saat menerima delegasi lembaga tersebut.

Ia menambahkan, selama ini di wilayah yang secara geografis terletak di tengah provinsi paling barat pulau sumatra ini, dengan suguhan dinasti Danau Lut Tawar nya yang memukau, tidak dapat di pungkiri selain menyuguhkan pemandangan yang indah juga menjadikan Danau tersebut merupakan danau kebanggaan masyarakat Gayo, sebagai sumber air bersih terbesar yang menyokong empat kabupaten terdekat dari wilayah Kabupaten Aceh Tengah, namun sangat di sayangkan merupakan tempat pembuangan sampah terbesar pada saat ini.

Ironi lain, dari sedikitnya 3 kecamatan di seputaran Kota Takengon saja, paling tidak sekitar 65 ton volume sampah yang dihasilkan setiap harinya.

“Selain itu polemik lainnya yang tidak kalah butuh penanganan cepat yaitu menyangkut kondisi TPA di Aceh Tengah yang tidak layak karena hanya seluas 2 hektar saja dan juga letaknya terlalu berdekatan dengan zona Kampus Gajah Putih” ungkap Shabela.

Dengan demikian konsep yang ditawarkan oleh Samanta Skrivere, selaku CEO/founder dari lembaga sosial yang bergerak di bidang sosial dan fokus pada permasalahan lingkungan Ministry of Waste yang disampaikan melalui juru bicaranya M. Fauzan Febriansyah, sangat diharapkan dapat menjadi solusi terbaik dalam penanganan sampah tersebut,

“Selaku kepala daerah kami sangat mendukung dan berharap dapat direalisasikan dengan segera mungkin, besar harapkan kami agar MoU antara Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dengan Ministry of Waste ini agar dapat segera dilaksanakan,” ungkap nya.

Untuk percepatan realisasi penanganan sampah ini, Shabela menyatakan akan memberikan dukungan penuh, baik mengenai regulasi, penyediaan lahan yang dibutuhkan, hingga menyediakan alokasi anggaran sesuai dengan paparan rencana dan projek proposal yang telah di sampaikan oleh Ministry of Waste.

Dalam kesempatan ini CEO dan Founder Ministry of Waste, Samanta Skrivere, menyatakan pihaknya tertarik membantu pengolahan limbah sampah di Kabupaten Aceh Tengah karena dianggap memiliki lokasi yang cukup layak untuk dijadikan wilayah percontohan di waktu mendatang, selain karena wisatanya Takengon juga menjadi daerah yang berhasil menghadapi masalah persampahan yang merupakan isu global.

“Mengapa Lembaga Ministry of Waste lebih fokus ke kawasan Asia Tenggara, karena 60 persen polusi sampah plastik di laut dunia berasal dari Asia Tenggara,” ujarnya.

Ia menambahkan, lembaga ini menawarkan solusi total penanganan sampah mulai dari edukasi pada masyarakat, untuk penanganan limbah secara modern. Seperti sampah plastik, sampah karet, sampah organik, non-organik, sampah medis rumah sakit hingga sampah biologis dari perkebunan.

Menurut Samanta sampah-sampah tersebut mampu diolah menjadi barang yang bernilai ekonomis

“Diapers bisa dijadikan batu bata, plastik bisa dijadikan pakaian, sampah organik bisa diolah menjadi pupuk kompos dan makanan ternak, dan masih banyak fungsi sampah bisa di daur ulang menjadi bahan berguna,” imbuhnya.

“Kita coba akan jajaki kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, kerjasama ini akan berlangsung selama 20 hingga 30 tahun ke depan dengan biaya akan dibantu oleh investor dan pemerintah” lanjutnya.

Selain itu, menurut Samanta limbah ini bisa memiliki nilai ekonomis dan bisa membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat, mulai menggerakkan rantai siklus ekonomi dan kemudian perputaran sampah yang awalnya tidak bernilai menjadi bernilai ekonomi, bermanfaat dan berguna langsung kepada masyarakat.

Kedepannya kita akan mengubah image TPA sebagai tempat yang tidak menarik menjadi penggerak ekonomi, baik langsung kepada masyarakat sekitar dan wisata destinasi edukasi bagi yang mengunjugi TPA tersebut”tutup Samanta. (HMA/Humas)

X