Takengon – Hadir sebagai narasumber pada siaran program dialog Interaktif RRI Takengon, Bupati Aceh Tengah Drs. Shabela Abubakar, bersama Drs. Sahidal Kastri, M.Pd, Kepala BKKBN Perwakilan Provinsi Aceh serta Kadis KBP3A Aceh Tengah Drs Alam Suhada, MM. mengulas permasalahan terkait penanganan stunting di Provinsi Aceh dan Aceh Tengah khususnya.
Disiarkan langsung dari Gedung Olah Seni (GOS) Takengon, dialog yang di pandu Rekan Siar RRI Satiran tersebut selain dapat didengar melalui siaran Radio juga dapat disaksikan melalui Chanel YouTube RRI Takengon, ujar Sariran membuka wawancara dialog interaktif nya, Kamis (27/10/2022).
Pada dialog tersebut, Bupati Shabela menyampaikan bahwa, pentingnya menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas untuk menghadapi persaingan masa depan.
“Begitu baik kebijakan pemerintah yang dilakukan terkait penanganan stunting. Bukan untuk siapa-siapa tapi untuk kita sendiri, keluarga, dan generasi kita. Bukan untuk orang lain. Sumber daya alam yang kita banggakan akan habis, maka yang disiapkan adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang,” Kata Bupati Shabela.
Berkenaan dengan tema yang di angkat dalam dialog interaktif, Bupati kemudian mengatakan stunting adalah masalah gizi kronis pada anak yang terjadi karena kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, yang tentunya jika dibiarkan terus menerus akan dapat menganggu tumbuh kembang anak.
Untuk itu, upaya sosialisasi dan edukasi melalui berbagai media soal pencegahan stunting harus digencarkan, untuk memberikan informasi dan pemahaman, diantaranya mengenai bagaimana merawat janin, memberi nutrisi setelah bayi lahir, pola makan, pola asuh, serta sanitasi dan akses air bersih.
“Banyak ibu hamil mungkin belum teredukasi dengan baik bagaimana merawat janinnya, kemudian juga setelah bayi itu lahir bagaimana pemberian nutrisinya terkadang belum tersosialisasi dengan baik. Oleh karena itu, lewat media seperti ini juga merupakan salah satu cara kita untuk mensosialisasikan bahaya stunting dan juga pola pengasuhan anak yang baik,” Ungkap Bupati Aceh Tengah dengan Antusias.
Terkait upaya intervensi penanganan stunting di Aceh Tengah, dikatakannya, Dinas KBP3A saat ini memiliki data lengkap keluarga sasaran berisiko stunting, seperti data rumah tidak layak huni, jamban tidak layak, akses air bersih dan yang lain-lain.
“Bicara soal data prevalensi yang berbeda, kami berkeyakinan dari data tim pendamping keluarga yang telah tersebar di seluruh Kampung di Aceh Tengah, saat ini berada pada angka 8,54 %, sehingga menurut kami penanganan stunting di Aceh Tengah telah tertangani dengan semakin membaik”, Tegas Bupati Shabela.
Selain Bupati Aceh Tengah Drs. Shabela Abubakar, narasumber lain yang dihadirkan yaitu Kepala BKKBN Perwakilan Provinsi Aceh Drs. Sahidal Kastri, M.Pd. Menurutnya, hasil pengukuran tinggi dan berat badan bayi itu menjadi data dalam Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022.
Kementerian Kesehatan dan Badan Pusat Statistik (BPS) kembali telah melakukan surevei SSGI pada bulan September dan Oktober tahun 2022 ini. Survei SSGI dilakukan setiap tahun dan merupakan bagian dari sistem manajemen pembangunan nasional bidang kesehatan, salah satu data yang dihasilkan adalah tingkat prevalensi angka stunting.
Senada, Sahidal Kastri, mengatakan bahwa kasus stunting memang masih cukup tinggi di Aceh saat ini. Akan tetapi, Pemerintah Provinsi sejak beberapa tahun terakhir ini telah berupaya untuk menekan angka stunting dengan berbagai cara, misalnya dengan sosialisasi mengenai pemenuhan nutrisi di seribu hari pertama kehidupan anak, yang merupakan fase penting dalam pencegahan stunting.
“1.000 (seribu) hari pertama merupakan masa yang penting bagi seseorang, yaitu sejak masih didalam kandungan hingga usia 2 tahun itu yang paling menentukan masa depan dari kondisi fisik dan psikis dari kehidupan seseorang. Jadi asupan gizi itu harus betul-betul diperhatikan,” Pungkasnya. (HMA/ProkopimAT)