Takengon – Kecamatan Pegasing dikenal dengan daerah penghasil buah nanas lokal di Kabupaten Aceh Tengah yang merupakan salah satu buah tropis kaya akan kandungan air. Bukan hanya dinikmati secara langsung, buah nanas juga banyak diolah dalam berbagai jenis makanan dan minuman yang memiliki nilai tambah dari segi ekonomi.Tapi bukan hanya dari buah, rupanya daun nanas bisa bernilai jual tinggi yang selama ini hanya dianggap limbah buangan.
Katahati Institute, adalah lembaga yang menginisiasi pemberdayaan limbah daun nanas menjadi lebih bermanfaat dan memiliki nilai jual ekonomi. Perlu diketahui Katahati Institute merupakan organisasi yang memfokuskan diri kepada persoalan gender, hak asasi manusia maupun perwujudan tata pemerintahan yang bersih.
“Momen yang sangat baik, peninjauan langsung pengolahan serat nanas yang berasal dari limbah daun nanas menjadi peluang UMKM untuk lebih berkembang dan dapat menunjang ekonomi masyarakat. Ada beberapa kelompok yang telah dilatih dan diberdayakan oleh katahati, terimakasih”, Kata Camat Pegasing Sukurdi Win S.STP, M.Si saat menyampaikan laporannya kepada Pj. Bupati dalam kunjungan ke salah satu kelompok binaan Katahati Institute, Kamis (04/01/2024).
Sukurdi menambahkan, masyarakat dapat memaksimalkan potensi lokal menjadi berbagai hasil karya inovasi olahan berbahan dasar serat nanas. Terlebih sinergisitas antara pemerintah daerah dan Katahati Institute telah terbangun sebelumnya. “Walaupun banyak tantangan dan hambatan saat memulainya, alhamdulillah tekat kuat masyarakat kita menjadi motivasi bersama, semoga nantinya hasil produksi menjadi unggulan daerah yang dapat dipasarkan di dalam dan luar daerah. Dan besar harapan kami juga Pegasing menjadi pusat bisnis tenun dan serat nanas”, harapnya.
Dalam kesempatnnya, Pj. Bupati Aceh Tengah Ir. T. Mirzuan, MT, mengucapkan apresiasi kepada Katahati Institute yang telah memberdayakan masyarakat Aceh Tengah dalam pemanfaatan limbah daun nanas menjadi bernilai ekonomi lebih. “Sebelumnya terimakasih kepada Katahati yang telah membina masyarakat pegasing. Kita telah melihat hasil potensi serat nanas, sesuatu yang dapat bernilai ekonomi bagi masyarakat”, ucapnya.
Melihat nilai ekonominya yang cukup tinggi, pemerintah berkomitmen penuh mendukung pengembangan pengolahan limbah daun nanas karena memberikan manfaat lebih besar. selain menjadi kain Tenun, daun nanas juga mampu dimanfaatkan untuk kerajinan tangan, pakan ternak, pupuk dan kertas.
Seperti diketahui, Kecamatan Pegasing dikenal sebagai penghasil buah nanas unggulan di Aceh Tengah. Terlebih, sejauh ini daun nanas belum termanfaatkan dengan baik dan selama ini hanya dibuang menjadi limbah tak terolah. “Ini menjadi peluang menjadikan Pegasing menjadi desa agrowisata nanas, bukan hanya untuk menikmati buahnya saja, akan tetapi wisatawan dapat membeli produk oleh-oleh berbahan baku dari serat daun nanas”, ungkap T. Mirzuan.
serat nanas produksi berasal dari 100 Kg limbah daun nanas menghasilkan serat nanas 1 Kg dengan nilai jual Rp. 80.000,00 /Kg, dengan proses selama kurang lebih tiga hari dari sortasi daun nanas, menggiling di dalam sebuah alat, pencucian hingga proses pengeringan.
Pj. Bupati T. Mirzuan berharap masyarakat Aceh Tengah dapat membrandingkan atau mengenalkan ke publik bahwa Kecamatan Pegasing menjadi desa agrowisata nanas. “Bantu viralkan agar Pegasing dikenal bukan hanya buah nanasnya, tapi juga produk lain berasal bahan baku nanas. Buat branding menjadikan identitas daerah yang diingat dan kenal karena potensi keunggulannya. Kemudian di kemas dengan konsep perpaduan modernisasi lebih inovatif dan atraktif agar memiliki nilai jual lebih”, tutupnya. (RH/ProkopimAT)