Takengon – Penjabat Bupati Aceh Tengah Ir. T. Mirzuan, MT membuka secara resmi Forum Group Discussion (FGD) Kedua Penyusunan Buku Adat Gayo ‘Murip I Kanung Edet Mate I Kanung Bumi, di Aula Kantor Reje Kampung Mendale Kecamatan Kebayakan, Senin (21/08/2023).
Hadir dalam kesempatan tersebut, Para Unsur Pimpinan Daerah Aceh Tengah, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh Tengah, Para Unsur Pimpinan Kecamatan Kebayakan, Imem Mukim Kebayakan, Para Kepala sekolah SD, SMP, SMA, para tokoh masyarakat, dan segenap panitia penyelenggara FGD Kedua Buku Adat Gayo.
Dalam sambutan Penjabat Bupati Aceh Tengah menyampaikan, Majelis Adat gayo (MAG) Kabupaten Aceh Tengah ialah lembaga keistimewaan yang memiliki kontribusi dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat bidang adat dan adat istiadat, sosial dan budaya sesuai dengan kearifan lokal masyarakat Gayo.
“norma adat istiadat Gayo yang berlandaskan Murib I Kanung Edet, Mate I Kanung Bumi merupakan sumber nilai utama dalam membangun kehidupan masyarakat untuk mendukung perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berwawasan Syariat Islam,” ujar Mirzuan.
“maka itu perlu dikaji kembali norma-norma adat, jangan sampai masyarakat Gayo sendiri belum memahami nilai-nilai yang terkandung didalamnya,” lanjutnya.
Kemudian, dalam pelaksanaan utang opat terutama dalam pelaksanaan perkawinan didapati kata-kata yang indah yang dikenal dengan melengkan baik pada waktu antar manten (mujule bayi) maupun menerime manten (munerime bayi) dan ini merupakan bagian yang dianggap sakral dalam ritual pelaksanaan perkawinan.
“kesalahan besar saat ini, kita tidak mampu lagi berbicara dengan baik dan benar mempergunakan petatah petitih, pantun, tamsil, ibarat, kias, perumpamaan, melengkan, perimestike, sebuku dan lain-lainnya,” jelas Mirzuan.
“yang sebenarnya jika dipahami sungguh banyak sekali terkandung makna, hikmah yang tidak ternilai dalam bahasa adat tersebut,” tambahnya.
Keadaan saat ini, Tanoh gayo menjadi salah satu objek wisata yang sangat diminati oleh wisatawan lokal maupun mancanegara, dan sebagai bentuk dalam mendukung sektor pariwisata dapat dilakukan dengan menyediakan buku yang berisikan kebudayaan dan adat istiadat Gayo.
Karena itu Mirzuan juga berharap kedepannya buku adat Gayo Murib I Kanung Edet Mate I Kanung Bumi dapat terus disempurnakan melalui FGD kedua ini sehingga nantinya dapat menjadi pedoman kehidupan masyarakat Gayo.
“kami berharap kiranya buku adat Gayo Murib I Kanung edet Mate I Kanung Bumi dapat disusun dengan sempurna, sehingga nantinya dapat menjadi pedoman bagi masyarakat, pelajar bahkan bagi generasi muda bahkan para wisatawan yang mengunjungi daerah kita” harap Mirzuan.
“mudah-mudahan dengan terbitnya buku ini dapat menjadi pedoman, peraturan, konsep yang diyakini masyarakat sebagai tuntunan dalam melaksanakan aspek utang opat sekaligus menjadi ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas.” tutupnya. (AS/ProkopimAT)