Takengon – Bupati Aceh Tengah Drs. Shabela Abubakar buka acara Forum Group Discussion (FGD) penyusunan buku Resam Berume, bertempat di aula kantor Reje Mendale, Sabtu (17/07/2021).
Kegiatan yang digagas oleh Majelis Adat Gayo (MAG) itu diikuti oleh 33 orang peserta, diantaranya: 7 orang Mukim, 10 Kejurun, 10 tokoh masyarakat, serta 6 petani sawah.
Dalam laporannya, kepala sekretariat MAG, Junaidi menyampaikan, buku yang akan disusun ini rencananya akan dijadikan mata pelajaran Mulok tingkat SD sederajat kelas 3, 4 dan 5.
Junaidi mengatakan tahapan penyusunan buku ini sudah dimulai sejak awal bulan Juni lalu. “Tahapan yang sudah dilakukan berupa kunjungan dari beberapa Kecamatan diantaranya Linge, Bintang, Lut Tawar, Kebayakan, Bebesen, Pegasing, Celala dan Silih Nara, Tanggal 2-8 Juni yang lalu”, bebernya.
“Kemudian input data sudah dikerjakan tanggal 10-23 Juni 2021 dan analisa data juga sudah dilakukan 24 Juni-08 Juli 2021”, lanjut Junaidi.
Buku ini rencananya akan dicetak pada Oktober-November 2021, untuk kemudian didistribusikan ke seluruh sekolah yang ada di Aceh Tengah pada Desember.
Sementara itu, Bupati dalam sambutannya menyatakan bahwa berdasarkan Instruksi Gubernur Daerah Istimewa Aceh nomor 02/INSTR/1990 tentang kewajiban harus dapat membaca Alqur’an dan pemahaman adat istiadat bagi murid sekolah dasar, meminta MAG dapat menyusun buku Resam Berume dengan sebagaimana mestinya, sehingga bisa dijadikan bahan ajar di sekolah dasar.
Shabela menekankan bahwa dalam buku Resam Berume ini nanti harus mengajarkan nilai-nilai agama dan budaya.
“Bahwa orang tua kita di zaman dulu mengolah sawah secara berkelompok, disini tercermin suatu peranan kerjasama, juga ada nilai agama, adat istiadat, hukum, persatuan dan kesatuan, serta lingkungan. Diharapkan melalui buku ini peserta didik dapat menjadi insan berakhlakul karimah dan tertib”, tegas Shabela.
Disamping itu juga menurut Shabela, pelajaran resam berume ini perlu disampaikan kepada generasi agar tidak terlupakan dengan hadirnya teknologi, yang sudah merambah ke segala bidang, termasuk pengolahan sawah.
“Karena bila tidak kita ajarkan kelak generasi kita mungkin akan melupakan bagaimana sejarah resam berume di zaman orang tua kita dulu, karena saat ini peralatan dan tata cara bersawah sudah berubah terpengaruhi kemajuan teknologi, dulu menggunakan tenaga manusia sekarang sudah menggunakan mesin”, tutup Shabela. (KS/ProkopimAT)