Takengon – Bupati Aceh Tengah, Drs. Shabela Abubakar menghadiri sekaligus memberi sambutan dalam launching buku “Filsafat Sumang Gayo” yang ditulis oleh Dr. Syukri, MA dan Sabariah, M.Pd.I.
Kegiatan yang berlangsung di Gedung Ummi Pendopo, Senin (11/10) ini tampak dihadiri oleh unsur Forkopimda, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Kantor Kemenag, Kepala Cabang Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan, Ketua Majelis Adat Gayo, Ketua Majelis Pendidikan Daerah, Para Camat, Para Kepala Sekolah dan Ketua MKKS Se-Kabupaten Aceh Tengah.
Selain itu, dalam peluncuran buku setebal 634 halaman itu juga turut dihadiri Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam UIN Sumatera Utara, Prof. Dr. Amroeni Drajat, Guru Besar Wahdatul Ulum UIN SUMUT Prof. Dr. Tgk. Sukiman. UR dan Ketua Prodi Ilmu Hadist FUSI UIN SUMUT, Dr. Muhammad Nuh Siregar.
Bupati Shabela dalam sambutannya mengatakan bahwa, Sumang dalam sistem adat gayo merupakan salah satu bentuk penerapan syariat Islam yang sejak dahulu sudah berjalan ditengah-tengah masyarakat. Sumang merupakan sistem pendidikan masyarakat yang tidak tertulis dan tidak diajarkan dalam forum-forum resmi, namun dilaksanakan dengan baik sebagai batasan bagi individu dan masyarakat dalam menjalankan kehidupan yang beradab dan mendidik masyarakat untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia.
“Dengan demikian, kehadiran adat Sumang sejak dahulu telah menjadi kontrol sosial yang efektif menjaga masyarakat Gayo dalam bertindak dan berperilaku yang berbudi,” ujar Shabela.
Oleh karenanya, Shabela menyebutkan melalui peluncuran Buku Falsafah Sumang Gayo pada hari itu merupakan suatu upaya untuk melestarikan adat Gayo, sehingga generasi sepuluh atau dua puluh tahun kedepan masih dapat dikatakan sebagai masyarakat yang memiliki nilai-nilai luhur adat Gayo.
Lebih lanjut dalam kegiatan tersebut, Shabela juga menggarisbawahi bahwa tujuan mengikuti peluncuran Buku Falsafah Sumang Gayo ini bukanlah sekedar formalitas. Namun perlu tindak lanjut yang nyata.
“Sehingga buku yang diterbitkan ini tidak hanya menjadi pengisi rak-rak perpustakaan atau hanya sebagai referensi bagi peneliti adat budaya Gayo,” katanya.
“Besar harapan kami, kegiatan kita pada hari ini menjadi awal yang baik bagi kita untuk kembali kepada jati diri masyarakat Gayo yang beradab dan berakhlak mulia.” Tutup Shabela.
Sebelumnya, dalam sambutan penulis yang disampaikan Dr. Syukri MA, mengemukakan, Falsafah Sumang Gayo adalah kajian mendasar tentang hakikat perbuatan dan ucapan amoral yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan telah dewasa yang bukan sebagai mahramnya menyimpang dari konvensi tata krama yang telah berlaku dimasyarakat Gayo.
“Diantara adat Gayo yang harus dan mesti diketahui, dipahami dan dilestarikan oleh generasi muda adalah falsafah adat sumang. Namun tidak boleh dilakukan, karena sumang adalah suatu perbuatan amoral yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang telah dewasa yang merupakan suatu perbuatan yang dilarang menurut adat,” terang Syukri.
Dikatakannya, hadirnya buku Falsafah Sumang Gayo ini sebagai upaya yang tepat dan monumental dalam pembinaan karakter generasi muda gayo diera digital dan milenial.
Kajian sistematik Falsafah Sumang Gayo yang paling urgen mencakup tiga dimensi, yakni: apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika). Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika). Serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek, seperti tidak sopan, maksiat dan munkar (estetika). (IMH/ ProkopimAT)