Ketua Pokja Bunda PAUD Aceh Tengah Sosialisasikan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan

176

Takengon – Ketua Pokja Bunda PAUD Aceh Tengah, Ummu Hanik sosialisasikan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan sebagai upaya mengikis miskonsepsi di masyarakat tentang baca, tulis, hitung (calistung) pada proses pendidikan di PAUD dan SD.

Kegiatan sosialiasi dikemas dalam acara Serahen ku Tengku Guru yang berlangsung di SD Negeri 6, kecamatan Ketol, kabupaten Aceh Tengah, Kamis (20/07/2023). Turut hadir dalam acara itu Kabid Dikdas dan Kabid PNF dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Babupaten Aceh Tengah, Ketua K3S SD Kabupaten Aceh Tengah, para alim ulama, dan beberapa undangan lainnya.

Menurut Ummu kegiatan sosialisasi dilakukan menindaklanjuti peluncuran program Merdeka Belajar Episode 24, dengan tema “Transisi PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) ke SD (Sekolah Dasar) yang Menyenangkan” oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.

Program tersebut mulai dilaksanakan sejak awal tahun ajaran baru yang 2023. Ada tiga poin yang perlu dilakukan satuan pendidikan untuk dapat mewujudkan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan itu.

Pertama, adalah menghilangkan tes calistung dari rangkaian proses penerimaan peserta didik baru di SD. Hal ini dilandasi pandangan setiap anak memiliki hak yang sama memperoleh layanan pendidikan dasar.” Karena pendidikan adalah hak bagi anak, maka tidak relevan apabila ada tes agar anak memperoleh haknya tersebut,” ungkap Ummu.

Terlebih, tes calistung pada proses penerimaan peserta didik baru di jenjang SD sebenarnya telah dilarang untuk dilakukan. Dua instrumen kebijakan yang melarang tes tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru.

Kedua, Ummu memandang perlu bagi satuan pendidikan untuk menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru dan orang tua untuk mengenal lingkungan belajar. ” Perlu ada masa perkenalan supaya tumbuh rasa aman dan nyaman, kepada anak dan orang tua dalam mengikuti proses pembelajaran dan orang tua dalam memastikan bahwa anaknya dapat belajar di satuan pendidikan tersebut,” ucapnya.

Ketiga, satuan pendidikan dipandang perlu menerapkan pembelajaran atau memfasilitasi yang membangun enam kemampuan fondasi anak. Kemampuan itu antara lain mengenal nilai agama dan budi pekerti, keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi, kematangan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar, kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, keterampilan motorik dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar secara mandiri, serta pemaknaan terhadap belajar yang positif.

Khususnya di Kabupaten Aceh Tengah, menurut Ummu kerjasama antara sekolah dan orang tua dalam mendidik anak telah dikenal dalam adat Gayo yaitu “Munyerahni Murid Ku Tengku Guru”. Prosesi ini mencerminkan penghargaan, hormat, dan penghormatan terhadap seorang guru, yang dianggap sebagai orang tua kedua dalam mendidik, mengasuh, dan membentuk akhlakul karimah anak. Meskipun anak diserahkan kepada guru, tanggung jawab dan peran orang tua sebagai madrasah pertama dalam mendidik dan mengasuh tetap tidak dapat digantikan.

Orang tua juga memiliki peran penting sebagai pendidik utama dalam keluarga, dan komunikasi serta kerjasama dengan pihak sekolah sangatlah diperlukan. Dalam bahasa Gayo, hal ini dikenal dengan istilah “Tingok Sino”, di mana orang tua rutin menjenguk anak mereka di sekolah dan bertanya tentang perkembangan serta kendala yang mungkin dialami anak selama menempuh pendidikan.

Acara Serahen ku Tengku Guru merupakan momentum yang sangat berarti bagi pendidikan di kabupaten Aceh Tengah sekaligus menegaskan pentingnya peran semua pihak dalam mendukung transisi PAUD-SD yang menyenangkan dan mendukung perkembangan pendidikan anak-anak dengan baik. “Mari jaga tradisi Munyerahni Murid Ku Tengku Guru, semoga kerjasama yang baik antara orang tua dan sekolah terus ditingkatkan demi mewujudkan proses transisi PAUD ke SD yang menyenangkan bagi anak didik,” demikian Ummu. (*)