Sekda Subhandhy Terima Audiensi Tim Peneliti Kemenkes RI

263

Takengon – Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tengah, Subhandhy AP., M.Si menerima audiensi dan kunjungan silaturrahmi Tim Peneliti dari Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Balitbangkes RI, bertempat diruang kerjanya, Kamis (26/11).

Audiensi Tim Peneliti Kegiatan Penelitian Assessment of Health System Factors Contribute to Measles-Rubella (MR) Immunization Coverage in Aceh and West Nusa Tenggara Provinces itu, dipimpin oleh Yuyun Yuniar selaku Peneliti Utama.

Yuyun menyampaikan agenda silaturrahmi dan audiensi pihaknya dengan Pemkab Aceh Tengah terkait dengan pemaparan dan advokasi rekomendasi kebijakan hasil studi penilaian faktor-faktor sistem kesehatan yang mempengaruhi cakupan imunisasi Campak Rubella atau Measles Rubella (MR) di Aceh terutama di Kabupaten Aceh Tengah.

Disebutkannya, berdasarkan hasil riset dan edukasi, Kabupaten Aceh Tengah merupakan kabupaten di Provinsi Aceh yang selalu menempati urutan teratas dalam cakupan imunisasi anak termasuk imunisasi Campak Rubella dari tahun 2018-2021.

Yang artinya, temuan ini menunjukan bahwa peran keluarga, peran tokoh masyarakat dan peran tenaga kesehatan telah berjalan dengan baik, dan patut ditiru oleh kabupaten/ kota lainnya di Provinsi Aceh.

Untuk itu, pihaknya merekomendasikan kepada Pemkab Aceh Tengah untuk terus mempertahan cakupan imunisasi didaerah tersebut. “Bukan hanya sekedar untuk mencapai prestasi, namun bertujuan mulia terhadap kesehatan anak masa sekarang dan mendatang,” ujar Yuyun.

Sementara itu, Sekda Subhandhy dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kunjungan silaturrahmi dan menunjuk Kabupaten Aceh Tengah sebagai locus penelitian project Joint Work Plan Biennium dengan World Health Organization (WHO) tersebut.

Dikatakan Subhandhy, hasil dan rekomendasi yang tertuang dalam penelitian tersebut nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam mengambil tindakan dan kebijakan bagi Pemkab Aceh Tengah, terutama menyangkut capaian imunisasi Campak Rubella, dan tidak menutup kemungkinan langkah yang sama mungkin dapat dilakukan untuk mencapai percepatan vaksinasi Covid-19, yang hingga saat ini baru mencapai 47 persen.

“Rekomendasi dan temuan hasil riset ini sangat bermanfaat sekali bagi kami. Terutama sekali menyangkut pendekatan utama yang perlu dilakukan dalam menyukseskan program imunisasi dan vaksinasi yakni penguatan SDM kesehatan, pengembangan strategi edukasi masyarakat dan penguatan peran lintas sektor,” terang Subhandhy.

Menyinggung masih adanya hambatan dalam pelaksanaan imunisasi dan vaksinasi seperti isu halal haram dan masifnya informasi media sosial yang bisa menyesatkan, Subhandhy mengatakan ide perlunya Da’i kesehatan dan penyuluh kesehatan adalah sebuah inovasi dan gagasan yang cemerlang, yang sangat tepat bila diterapkan di daerah ini.

“Kami rasa, gagasan pentingnya Da’i kesehatan atau penyuluh kesehatan untuk mencapai cakupan imunisasi dan vaksinasi, merupakan sebuah inovasi yang brilian dan belum terpikirkan selama ini. Terima kasih atas masukannya.” Lugas Subhandhy.

Kabupaten Aceh Tengah merupakan satu dari tiga kabupaten/ kota di Provinsi Aceh yang dijadikan sebagai lokus penelitian bersamaan dengan sejumlah kabupaten/ kota di Provinsi NTB.

Hasil riset menunjukan, Aceh merupakan salah satu provinsi dengan proporsi tertinggi anak (balita) yang tidak divaksinasi, yakni sebesar 40,9 persen yang mendekati Papua dengan proporsi sebesar 33,2 persen. Untuk Aceh sendiri, Kabupaten Pidie merupakan, kabupaten dengan cakupan imunisasi dan vaksinasi terendah dari 23 kabupaten/ kota yang ada. (IMH/ProkopimAT)