Takengon – Wakil Bupati Aceh Tengah, Muchsin Hasan, secara resmi membuka workshop bertajuk Pemanfaatan Data Program Coffee Master Training Upgrade (Coffee MUG) Untuk Perencanaan Strategis dan Evaluasi Dampak pada hari ini, Kamis (17/04/2025) di Takengon.
Workshop ini diselenggarakan sebagai bagian dari program kemitraan antara Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dengan Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI) dan International Islamic Trade Finance Corporation (ITFC) yang telah berlangsung sejak tahun 2021.
Wakil Bupati Aceh Tengah, Muchsin Hasan dalam sambutannya menekankan urgensi kolaborasi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang mengancam keberlanjutan industri kopi global.
Dikatakannya, kenaikan suhu, pola curah hujan yang tidak menentu dan peningkatan frekuensi kejadian ekstrim seperti kekeringan atau banjir/ longsor telah secara signifikan mempengaruhi produksi kopi diberbagai wilayah, termasuk di Kabupaten Aceh Tengah.
“Akibatnya, banyak petani kopi menghadapi penurunan hasil panen, hilangnya lahan tanam yang cocok, serta munculnya hama dan penyakit baru yang semakin sulit dikendalikan” kata Muchsin Hasan.
“Oleh karena itu, keterlibatan banyak pihak untuk menghadapi tantangan tersebut mutlak diperlukan” lanjutnya.
Wabup Muchsin Hasan menambahkan bahwa berbagai upaya dalam mengembangkan dan meningkatkan produktifitas budidaya kopi didaerah ini telah terus diupayakan, dan salah satu langkah yang dianggap strategis dilakukan adalah melalui jalinan kerjasama dan kemitraan dengan berbagai fihak yang fokus didunia perkopian.
Menurutnya, melalui program kerjasama dan kemitraan yang terjalin sejauh ini telah secara signifikan merubah mainset pola budidaya maupun produktifitas pertanian kopi di daerah itu.
“Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah budidaya serta industri kopi di daerah ini melalui kolaborasi yang kuat telah menunjukkan perkembangan yang positif,” tambahnya.
Dikesempatan itu, Wabup Muchsin Hasan turut mengapresiasi keberadaan SCOPI yang telah bermitra dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah sejak tahun 2021 dalam mencari solusi pengembangan Kopi Gayo yang berkelanjutan. Dia berharap agar program-program yang dilaksanakan oleh SCOPI dapat dirasakan dampaknya secara nyata oleh para petani kopi.
“Kami juga memberikan apresiasi kepada SCOPI dan mitra kerjanya yang terus fokus dalam pendampingan petani serta pengembangan kapasitas penyuluh lapangan. Termasuk juga dalam survey maupun penelitian untuk mendapatkan data faktual mengenai gambaran kondisi terkini pertanian kopi di daerah ini”,
“Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah akan terus mendukung para stakeholder di dunia perkopian untuk terus berkarya dan mengembangkan potensi yang ada,” pungkas Muchsin Hasan.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif SCOPI, Ade Aryani, dalam laporannya menyampaikan bahwa Kegiatan Coffee MUG yang dilaksanakan pihaknya dikesempatan itu adalah merupakan bahagian dari Program Indonesia Coffee Export Development, yang berfokus pada peningkatan kapasitas dan kompetensi Master Trainers (MT) untuk mendorong penerapan budidaya kopi berkelanjutan oleh petani.
Dikatakannya, kegiatan yang dipaket dalam Program Coffee MUG saat ini memasuki tahun keempat dari rencana program yang akan berlangsung hingga tahun 2026 mendatang.
Dalam pelaksanaan program, disebutkannya bahwa SCOPI telah melaksanakan monitoring dan evaluasi melalui Midline Survey untuk mengukur keberjalanan program. Survei ini berfokus pada indikator kunci seperti produksi kopi tahunan, kinerja Master Trainer (MT), serta pengetahuan dan praktik petani dalam menerapkan Good Agricultural Practices (GAP).
“Temuan dari survei ini memberikan gambaran penting mengenai capaian para Master Trainer dalam mengimplementasikan program, termasuk peningkatan pengetahuan dan praktik budidaya kopi berkelanjutan di tingkat petani. Data ini menjadi landasan krusial untuk menyempurnakan strategi dan intervensi program agar lebih relevan dengan kebutuhan di lapangan,” ujar Ade Aryani.
Lebih lanjut, Ade Aryani menjelaskan bahwa Program Coffee MUG juga mengembangkan alat pemantauan dan evaluasi (M&E tools) berupa web-based dashboard yang memanfaatkan data survei dan monitoring bulanan dari para Master Trainer sehingga dapat dijadikan sebagai referensi bagi berbagai pemangku kepentingan dalam menyusun rencana strategis dan mengevaluasi dampak program di sektor kopi.
Sementara itu, Chief Executive Officer ITFC, Nazeem Noordali, melalui sambutannya menyampaikan capaian signifikan Program Coffee MUG sejak diluncurkan pada Oktober 2021. Yang mana program ini telah memberdayakan ribuan petani kecil melalui praktik kopi berkelanjutan dan pelatihan strategis.
Dirincikannya, hingga Februari 2025, hampir 4.700 petani dari sekitar 200 kelompok di 130 desa, mencakup sekitar 3.700 hektare lahan pertanian (di empat kabupaten), telah mendapatkan manfaat dari program ini. Bahkan, tingkat partisipasi perempuan mencapai 37%, dan melampaui target inklusi yang ditetapkan.
“Harapan kita bersama, melalui jalinan kemitraan ini akan terwujud konektifitas dan keselarasan program antara pemerintah dengan pihak terkait. Sehingga program semakin sinergi dan setiap pemangku kepentingan memiliki perannya masing-masing”. Harap Nazeem melalui sambutannya yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. (IMH/ProkopimAT)