Ziarahi Makam Reje Linge, Dari Situs Bersejarah Masyarakat Gayo, Pj. Bupati Aceh Tengah Serukan Pesan “Persatuan”

5,556

Takengon – Bangsa yang besar adalah bangsa yang menyejarah, artinya menggunakan tilikan masa lalu untuk bertindak bijaksana di masa kini dan masa yang akan datang. Oleh sebab itu, kita tidak perlu alergi berkiblat ke masa lalu dengan tujuan mendapatkan jalan keluar atas permasalahan yang kita alami di masa kini dan atau mengantisipasi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi di masa depan.

Berangkat dari hal tersebut dan seiring pula dengan istilah yang kerap disebut masyarakat Gayo, “Asal Linge Awal Serule”, serta sebagai salah satu agenda memeriahkan HUT Kota Takengon ke 446 Tahun 2023, Pj. Bupati Aceh Tengah Ir. Teuku Mirzuan, MT, didampingi Pj. Ketua TP PKK Aceh Tengah, Ny. Novita T. Mirzuan, beserta unsur para Pimpinan Daerah, dan segenap Jajaran Pimpinan SKPK dalam Lingkup Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, Kunjungi sekaligus Ziarahi Makam Reje Linge, di kawasan bersejarah Gayo, Komplek Makam Kerajaan Linge, Buntul Linge, Aceh Tengah, pada Senin (6/2/2023).

Kerajaan Linge merupakan sebuah kerajaan awal dan berpengaruh di Aceh. Kerajaan Linge terbentuk sekitar 1025 Masehi (416 Hijriah) yang dipimpin oleh Adi Genali—Kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam di masa Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam berlangsung pada 1590-1636, Bersamaan dengan itu ia diberi gelar Cik Serule (Paman Serule) karena membangun kerajaan di Linge. Serule merupakan sebuah perkampungan di kecamatan itu.

Dalam sebuah litelatur yang memuat perbincangan Tengku Hadji Ilyas Leube Allahuyarham, pada 26 Oktober 1976 silam, diungkapkan bahwa Raja Genali adalah seorang raja Islam yang konon berasal dari Turki, yang juga dikenal dengan sebutan Tengku Kawe Tepat atau Tengku Kik Betul, dengan satu perkiraan Kerajaan yang dipimpinnya berlangsung jaya hingga pads keturunan ke-17.

Kerajaan ini lebih dulu mengenal Islam ketimbang kerajaan lain di Aceh. Bahkan raja-raja yang memerintah di Aceh merupakan keturunan Raja Linge. Seperti Meurah Silu adalah Sultan Malikussaleh, yang juga merupakan Orang Gayo yang menyatukan sejumlah kerajaan kecil di daerah Peureulak, yang akhirnya menjadi Sultan Pertama di Kerajaan Pasai yang berada di daerah Samudera Geudong, Aceh Utara. Dan Meurah Johan atau Johansyah yang kemudian menjadi Sultan Aceh Pertama yang memimpin Kesultanan Aceh di Kuta Raja.

Untuk pertama kali menginjakkan kaki, di kawasan situs bersejarah, kebanggaan Masyarakat Gayo Aceh Tengah tersebut, Penjabat Bupati Aceh, T. Mirzuan, yang disambut hangat Masyarakat Delung Sekinel, dengan prosesi adat tepung tawar menyampaikan.

Akan terus berupaya memaksimalkan pembangun kawasan bersejarah untuk masyarakat Gayo itu, Baik terkait pembangunan di areal kompleks pemakaman maupun infrastruktur-infrastruktur pendukung lainnya.

Pj. Bupati, berkeyakinan bahwa segenap Masyarakat Aceh Tengah juga sepakat, sangat menghargai sejarah Reje Linge, sebagai cikal bakal pimpinan di daerah Kabupaten yang di pimpinnya saat ini.

“Kami sangat yakin, Kita semua yang hadir disini, dan juga segenap masyarakat Aceh Tengah menghargai sejarah dari Linge yang merupakan pusatnya sejarah orang Gayo secara menyeluruh, dan semoga Kunjungan sekaligus ziarah ini, dapat menjadi momentum membenahi selusur sejarah Reje-reje di Tanah Gayo”, Ungkapnya.

“Terutama seiring dengan Peringatan Hut Kota Takengon ke 446 tahun 2023 ini, upaya kita meningkatkan persatuan untuk Kabupaten Aceh Tengah bangkit lebih maju, saat ini dan di masa mendatang”, Pesan T. Mirzuan, dari Buntul Linge, Kecamatan Linge, pusat Situs Bersejarah Masyarakat Gayo Kabupaten Aceh Tengah. (HMA/ProkopimAT)