Asisten II Buka Secara Resmi Pelatihan Pengolahan Limbah Pelepah Nanas menjadi Serat Di Kecamatan Pegasing
Takengon – Penjabat Bupati Aceh Tengah T. Mirzuan, MT, dalam hal ini diwakili oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setdakab Aceh Tengah, H. Harun Manzola, SE, MM, membuka secara resmi penguatan praktik ramah lingkungan dan ramah lingkungan pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Aceh Tengah yang berkerja sama dengan Katahati Institute, yang berlangsung di Aula Kantor Camat Pegasing, Selasa (31/10/2023).
Katahati Institute ialah sebuah Organisasi Masyarakat Sipil yang fokus pada isu demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang mana memiliki tujuan untuk mendorong kelestarian lingkungan dan mendukung pelibatan aktif Perempuan dalam pengambilan keputusan. Katahati Institute bersama dengan Canada Fund for Local Initiatives (CFLI) menginisiasi Pelatihan Pengolahan Limbah Pelepah Nanas menjadi Serat di Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Para Kepala Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Tengah, Camat Pegasing beserta Jajajrannya, Para Reje Lingkup Kecamatan Pegasing, Koordinator BPP Kecamatan Pegasing, Kepala Sekolah SMKN 2 Takengon, dan Para Ibu Mantri Tani Kecamatan Pegasing.
Dalam sambutan Penjabat Bupati Aceh Tengah menyampaikan, rasa terima kasih kepada Katahati Institute dan beserta seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program penguatan praktik ramah lingkungan dan potensi keberlanjutan pengelolaan HHBK di Aceh Tengah.
“sebelumnya kami selaku Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah mengucapkan terima kasih kepada Katahati Institute, dalam kegiatan pelatihan praktik ramah lingkungan terkhusus di Kecamatan Pegasing ini,” ucap Harun Manzola.
“program ini merupakan salah satu inisiatif luar biasa yang mencerminkan komitmen kita untuk melestarikan lingkungan dan memperkuat peran perempuan dalam pengambilan keputusan,” tambahnya.
Kabupaten Aceh Tengah, termasuk sumber daya HHBK yang melimpah. Namun seringkali, pengelolaan sumber daya ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan, dan limbah pelepah nanas sering kali menjadi masalah lingkungan yang perlu diatasi.
“oleh karena itu, program ini tidak hanya menjadi solusi untuk mengelola limbah dengan lebih baik, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan, yang tidak hanya berdampak positif pada lingkungan kita, tetapi juga memberdayakan masyarakat kita” jelas Harun Manzola.
“kerja sama antara katahati institute, serta Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah, ialah suatu contoh nyata upaya kolaborasi yang efektif, ini adalah bukti bahwa kita dapat bekerja sama dengan baik dalam konteks kelestarian lingkungan,” lanjutnya.
Harun Manzola melanjutkan, dengan memberdayakan perempuan dan melibatkannya secara aktif dalam pengambilan keputusan, tentunya Pemerintah Daerah berkomitmen untuk mendukung program-program seperti ini.
“kami akan terus berupaya untuk menciptakan kebijakan yang mendukung keberlanjutan, mendukung inovasi dalam pengelolaan limbah, dan mempromosikan kesetaraan gender dalam semua aspek kehidupan, apalagi kegiatan ini melibatkan para perempuan dalam mengelola industri HHBK,” tegas Harun Manzola.
“terakhir, saya ingin mengajak seluruh peserta pelatihan untuk menjadikan ilmu dan keterampilan yang diperoleh dalam program ini sebagai bekal yang berharga, dengan begitu, kita dapat bersama-sama membangun Aceh Tengah yang lebih hijau, berkelanjutan, dan inklusif.” tutupnya.
Untuk diketahui bersama, Kecamatan Pegasing memiliki komoditas pertanian strategis berupa perkebunan buah nanas, dengan angka produksi yang cukup tinggi dan pengelolaan lahan yang masif. Dalam proses pengelolaan tersebut, terdapat sisa sampah pertanian yang masih terbatas pengelolaannya.
Sejauh ini, pengelolaan sampah pertanian perkebunan buah nanas khususnya pada bagian pelepah, hanya dibiarkan begitu saja di lahan perkebunan. Temuan ini kemudian menjadi dasar Katahati Institute untuk berkolaborasi dengan masyarakat Pegasing mengolah sampah pertanian khususnya pelepah nanas untuk dapat dikelola secara berkelanjutan.
Kegiatan ini bertujuan untuk mempelajari pengolahan pelepah nanas untuk menjadi komoditas yang bisa dipasarkan. Tidak terbatas pada itu, peserta kegiatan akan mendapatkan pengetahuan praktik-praktik berkelanjutan dan pembelajaran yang bisa dilakukan di lingkungannya dari narasumber yang kompeten di bidangnya. Pelatihan ini juga akan mendorong keterlibatan aktif kelompok Perempuan sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi Perempuan dalam dinamika di masyarakat dan pengambilan kebijakan. (AS/ProkopimAT)