Takengon – Dalam rangkaian Pelaksanaan Pekan Tilawatil Qur’an Radio Republik Indonesia (PTQ-RRI) Ke-52 di Takengon, dijadwalkan akan digelar Seminar Nasional yang bertemakan tentang Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dari Tanah Gayo dibawah Komando Mr. Syafruddin Prawiranegara.
Tak tanggung-tanggung, Panitia Seminar berencana akan menghadirkan narasumber sekaliber Tokoh Nasional dan Sejarawan Anhar Gonggong, Sejarawan dan Peneliti Senior LIPI Prof. Dr. Taufik Abdullah dan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Dien Madjid, ditambah dua pembicara lokal masing-masing Tagore Abubakar dan Ibnu Hadjar Laut Tawar.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Aceh Tengah, Aulia Putra kepada Direktur LPU RRI dalam rapat kesiapan pelaksanaan PTQ RRI Ke-52 yang dilangsungkan secara hybrid dari Jakarta, Sabtu (02/04).
Aulia Putra dalam kapasitasnya sebagai Ketua Bidang Seminar menyampaikan, bahwa sesuai dengan jadwal dan rangkaian acara PTQ RRI Ke-52 di Takengon, agenda kegiatan Seminar Nasional telah mendapatkan kesepakatan dari narasumber.
“Hasil konfirmasi kami yang terakhir dengan para narasumber terutama yang berasal dari Jakarta, telah ada kesepakatan waktu dan jadwal. Mereka menyanggupi untuk hadir ke Takengon dalam pelaksanaan seminar ini,” lapor Aulia.
Kadis Sosial yang juga merupakan Ketua DPC PPM Aceh Tengah tersebut menyebutkan, pemilihan tema Seminar Nasional dalam pelaksanaan PTQ RRI Ke-52 di Takengon ini dinilai sangat relevan, mengingat keberadaan PDRI dibawah kepemimpinan Sjarifuddin Prawiranegara sangat terkait erat dengan Radio Rimba Raya selaku cikal bakal Radio Republik Indonesia (RRI).
Sementara itu, Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar yang dimintai keterangannya ditempat terpisah mengemukakan bahwa tema yang dibahas dalam Seminar Nasional dimaksud merupakan momentum yang tepat untuk mengkaji dan menggali kembali catatan sejarah, bahwa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia pernah dikendalikan dari daerah ini dibawah komando Sang Ketua PDRI, Mr. Sjafruddin Prawiranegara.
Shabela berpendapat, dengan adanya seminar yang mengulas sejarah bagaimana Sjafruddin Prawiranegara memimpin PDRI dari Tanah Gayo pada saat Agresi Militer II Belanda di Tahun 1948-1949, diharapkan dapat melengkapi goresan catatan sejarah Republik Indonesia bahwa negara ini pernah dipimpin oleh “presiden kedua” dari belantara pedalaman Aceh atau tepatnya di Jamur Barat Dataran Tinggi Gayo.
“Menurut kami ini sangat penting ya? Karena sedikit sekali catatan sejarah bangsa kita yang menuliskan secara lengkap rangkaian perjalanan 204 hari Mr. Syafruddin Prawiranegara memimpin bangsa ini, khususnya saat dia memimpin dari belantara pedalaman Aceh di Gayo,” terang Shabela.
“Tentu saja kita berharap, kilas balik perjuangan beliau dapat terungkap dengan lengkap dan jelas. Apalagi nantinya akan disampaikan oleh narasumber yang pakar dibidangnya sebagaimana telah disebut Kadis Sosial tadi dalam rapat.” Harap Shabela.
Direncanakan, selain pelaksanaan seminar dalam bentuk diskusi panel, nantinya turut dilakukan napak tilas perjuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara selama di Tanah Gayo, yang kedudukan lokasinya saat ini berada di Jamur Barat dan Wih Porak Kecamatan Silih Nara Kabupaten Aceh Tengah. (IMH/ProkopimAT)